Sunday, September 18, 2005

forGotten thinGs

Sedang asik melakukan ini itu dengan komputerku tersayang, tiba-tiba... lho, lho, kok, pointernya mandeg. Bolak-balik mengganti posisi keyboard dan mouse yang sama-sama memakai port PS/2 -siapa tahu portnya yang rusak seperti yang terjadi pada port serialku, hiks. Eh, ternyata keyboard jalan terus. Em... berarti emang mouse-nya minta pensiun dini. Kalau yang beginian sih aku sudah siap mental karena mouse dan keyboardku satu paket 35 ribu, hehe, merek dari negeri antah-berantah. Sayangnya aku ga juga siap cadangan. Terpaksalah, selama pengetikan tulisan ini, mouse tidak digunakan.

Sering terpikir, karena sudah seringnya menggunakan sesuatu untuk mengerjakan sesuatu hal, sampai-sampai aku ga lagi yakin aku bisa mengerjakan hal yang sama tanpanya. Dari benda-benda kecil dan remeh, sampai benda-benda canggih temuan abad 20. Nah lho. Padahal simbah kita dulu cukup puas dengan lampu teplok.


Dan kadang aku lupa menghargai hal-hal kecil nan remeh itu. Padahal ga semua orang bisa memilikinya. Temanku berkisah semalam tentang salah satu dosennya. Kalau ga salah, mata kuliah Landscape. Atau yang semacam itu-lah....

"Nah, jadi, mata kuliah Landscape ini sebenarnya adalah mata kuliah gaya hidup," kata sang dosen, kurang lebih. "Lupakan tentang bunga-bunga, taman, pohon, kolam. Ini tentang air yang kita minum, udara yang kita hirup. Hayo, siapa yang tadi pagi ngguyur hasil hajat pake air bersih, ngacung!"

Dan ngacunglah mahasiswa sekelas.

"Kalian tahu nggak kalo banyak orang ga bisa dapet air bersih?! Lain kali jangan pake air bersih! Tampung itu air hujan untuk mengguyur dan mencuci. Sekarang, siapa di antara kalian yang merokok? Ayo, ngacung!"

Dan tidak ada yang ngacung.

"Ayo ngaku, yang jujur saya kasih bonus nilai..."

Dan ngacunglah beberapa mahasiswa.

"...ya... rentang A sampai E-lah..."

Kisah sampai di sini kami pun ngakak. Pasti para mahasiswa yang ngacung tadi membatin: damn!

Begitu pun dengan energi. Energi itu ada di mana-mana. Dunia ini adalah tentang energi. Semua makhluk adalah energi. Semua benda adalah energi. Materi dan antimateri itu energi. Energi itu kekal. Tak bisa hilang. Tak bisa diciptakan. Energi hanya bisa bertransformasi dari satu bentuk energi ke bentuk energi yang lain. Jadi inget novel Angels and Demons (atau Angel and Demon?), yang mendefinisikan tuhan sebagai energi, zat yang kekal sebagai sumber energi. Seorang temannya temanku, mengartikan santet sebagai pemindahan energi.

Karena ada di mana-mana, energi mestinya murah, bahkan bebas diambil. Yang membuat energi itu mahal adalah teknologi konversi energi sehingga energi itu bisa dimanfaatkan manusia (biasanya dalam bentuk energi listrik karena mudah dan praktis). Sumber energi listrik saat ini terutama adalah energi mekanik sebagai penggerak generator. Apapun yang bergerak, apapun yang energinya bisa digunakan untuk menggerakkan, itulah yang dipakai. Air, angin, gas, serta uap yang didapat dari air yang dipanaskan dengan membakar minyak bumi dan batu bara.

Dan bahan bakar fosil pun mulai habis. Benar kata dosenku, kita ga boleh terus-terusan membakar minyak hanya untuk mendapatkan listrik. Rugi. Mending semua minyak diolah menjadi BBM. Dan dosenku ini pun berkisah.

Di satu negara maju, sang perdana menteri bingung. Mau bikin pembangkit listrik tenaga nuklir diprotes, takut radiasi. Mau bikin yang lain diprotes juga, bising katanya. Akhirnya sang perdana menteri bertanya kepada salah satu LSM yang protes.

"Kita mau bikin A ga boleh, bikin B juga ga boleh. Bagaimana kita bisa dapat listrik?"

Dan yang ditanya pun menjawab dengan ringan.

"Lho, tinggal colokin aja ke stop kontak kan dapet itu listrik."

Hopo tumon. Saking majunya sampai semua orang di negara itu bisa mendapatkan listrik dengan mudah, malah ga tau kalau yang namanya energi listrik masih tidak bisa begitu saja diambil dari alam. Walah....


No comments:

Post a Comment