Saturday, September 23, 2006

moNey

Setelah hampir 23 tahun hidupku, baru sekarang aku mengerti arti uang!

Yup, kemarin pagi di kantor, menguping obrolan di belakangku sambil sok sibuk koreksi connection diagram dan cable schedule :p Dua orang ini membicarakan uang. Intinya akan kukatakan di sini, sekalian review pemahaman baruku mengenai uang.

Yang namanya jual-beli adalah pertukaran barang hasil bumi dengan barang hasil bumi. Satu kuintal beras dengan satu ekor kambing, misalnya. Satu ton gula dengan setengah kg emas, misalnya. Pokoknya sesuai dengan kesepakatan dua pihak yang bertransaksi.

Uang. Uang hanyalah representasi barang hasil bumi untuk memudahkan transaksi, repot kalau harus bawa kambing naik bus. Uang satu juta rupiah merepresentasikan satu ons emas 24 karat, misalnya. Dimana emasnya? Emas itu disimpan oleh negara, katakanlah di bank, sebagai jaminannya. Anggap saja seperti kita mendapatkan sejumlah uang setelah menjaminkan barang di pegadaian. Maka, yang namanya uang tidak bisa dicetak seenak hati. Kalau memang bisa seperti itu, tidak ada orang miskin bukan?

Saat negara mempunyai utang, artinya tidak ada jaminan apa pun di bank. Tidak ada emas, apalagi kambing. Negara mencetak uang tanpa jaminan. Lalu, apa arti uang? Tidak ada artinya. Hanya kertas-kertas bernomor seri.

Untuk transaksi dalam negeri, hal ini tidak menjadi masalah. Toh, jaminan setiap orang dalam negara yang sama disimpan di tempat yang sama. Yang jadi masalah adalah saat harus terjadi transaksi antarnegara. Negara penjual akan mendapat mata uang negara pembeli yang notabene negara berutang. Lalu, apa jaminannya? Mana emasnya? Negara penjual tidak butuh uang yang hanya kertas-kertas bernomor seri. Negara penjual butuh emasnya untuk menukarkannya lagi dengan barang hasil bumi lainnya.

Demikian. Saat aku masih SD, aku hanya diberitahu bahwa uang adalah alat tukar yang membutuhkan kepercayaan penggunanya, atau begitulah kurang lebih yang kuingat. Aku baru tahu kalau uang adalah salah satu bentuk surat berharga. Hm....

Tuesday, September 05, 2006

jaKaRta!!!

Kalau bisa memilih, aku memilih untuk kerja bukan di Jakarta. Walaupun begitu, toh akhirnya aku terdampar juga di sini.

Jakarta. Panasnya sih masih tolerable. Atau memang suhunya lebih dingin daripada biasanya? Pokoknya aku tak terlalu mempermasalahkannya. Toh, selama 5 hari kerja pada jam kerja aku berada di ruangan ber-AC kok.

Jakarta. Nyamuknya itu lho, masya 4WI... sungguh ganas dan sempat membuatku begadang semalam suntuk. Malam itu, aku menjadi mosquito slayer dan telah membasmi lebih dari 15 ekor nyamuk!

Jakarta. Makanannya mahal. Kalau mau berhemat, musti ke warteg. Untungnya ada warteg deket kosan yang makanannya cukup enak dan beragam. Dan, setelah hampir tiga minggu aku di sini, baru sejam yang lalu aku menemukan penjual nasi goreng dan capcay. Ga ada yang deket kosan sih... hiks....

Jakarta. Oh ya, akhirnya menemukan warnet ini. Harga standar, 2000 rupiah/30 menit. Kecepatan akses cukup oke. Kecil, cuma sembilan komputer, tapi ga penuh ya.... Jauh lebih banyak nyamuknya ketimbang orangnya. Apa orang-orang di sini pasang telkomnet di rumah ato memang nggak terlalu akrab dengan internet?

Ya sudahlah... itu saja untuk saat ini.