Sunday, February 20, 2011

buSineSS (3)

Banyak karyawan, terkadang karena PHK, terkadang karena bosan dimarahi atasannya, terkadang jenuh dengan pekerjaannya, atau dengan alasannya masing-masing, akhirnya membuka usaha sendiri. Saya menaruh hormat kepada orang-orang ini, karena mereka kreatif dan berani, dua hal yang belum saya miliki sampai saat ini, hehe... Anyway, banyak anggapan mereka sudah memasuki kuadran B. Robert T Kiyosaki dalam bukunya menyatakan: belum tentu.

Seseorang yang membuka usaha sendiri, kemudian mempunyai keterlibatan yang terlalu besar dalam usahanya itu, belum bisa dikatakan telah memasuki kuadran B. Sangat besar kemungkinannya ia masih berada di kuadran S. Seorang B adalah orang yang dapat mendelegasikan bisnisnya kepada orang lain. Sementara seorang S tidak dapat mendelegasikan bisnisnya kepada orang lain. Kembali pada pengetesan yang pernah saya sebutkan dalam posting sebelum ini: jika ia tidak terlibat dalam bisnisnya setahun, apakah bisnisnya hancur, ataukah bisnisnya berkembang?

Nah, seorang B bisa berangkat dari seorang S. Misalnya, awalnya seseorang membuka usaha sendiri. Lambat laun, ia mulai mempercayakan bisnisnya kepada seseorang yang menurutnya mampu menjalankan bisnis tersebut. Lalu, ia pun mulai membuka cabang di tempat lain dan mempercayakan pengelolaannya kepada seseorang yang menurutnya mampu. Lalu, di tempat lainnya lagi. Dan di tempat lainnya lagi. Dalam hal ini ia telah menjadi seorang B.

Seorang B yang baik memahami sistem yang diperlukan untuk menjalankan bisnisnya. Sistem suplai bahan baku. Sistem distribusi. Sistem pemasaran. Sistem akuntansi. Sistem hukum. Dan lain-lain.

Selanjutnya Robert T Kiyosaki membahas investor. Seperti saya pernah sebutkan dalam posting saya sebelum ini, seorang B bisa menjadi seorang I yang baik karena ia mempunyai kemampuan yang diperlukan seorang I.

Setelah membaca bukunya yang lain, menurut saya si penulis sebenarnya membidik warga Amerika Serikat dan rencana pensiun karyawannya. Sejauh yang saya tangkap, karyawan di Amerika Serikat saat buku itu ditulis (saya kurang tahu bagaimana kondisi saat ini) di"paksa" oleh Undang-undang untuk menginvestasikan dana pensiunnya dalam investasi-investasi seperti saham atau reksadana, dan di"paksa" untuk baru mengambilnya setelah mereka pensiun. Yang menjadi masalah adalah ketika jumlah karyawan yang pensiun sangat besar pada saat yang hampir bersamaan. Ia memperkirakan para pensiunan ini akan menjual investasinya secara hampir bersamaan pula, menyebabkan pasar saham anjlok. Mungkin tidak terlalu menjadi masalah bagi karyawan yang masih bekerja. Masalahnya adalah bagi para pensiunan itu sendiri, karena dana pensiun mereka -atau penghasilan mereka- ada di pasar yang anjlok, bisa dibilang mereka akan kehilangan dana pensiun itu. Sementara pensiunan memerlukan dana untuk kebutuhan sehari-hari dan kesehatan mereka.

Si penulis  juga menyoroti bahwa "keterpaksaan" menjadi investor ini tidak dibarengi dengan pendidikan finansial di sekolah-sekolah, sehingga para investor dadakan ini berinvestasi tanpa kecerdasan finansial. Mereka berinvestasi dengan arahan orang-orang yang akan mendapat keuntungan dari investasi mereka. Dan ini sangat riskan.

Karena itulah si penulis mengajukan alternatif bagaimana menjadi seorang I dengan aman bagi seorang E dan S. Yaitu dengan menjadi seorang B terlebih dahulu. Atau setidaknya, belajarlah dulu mengenai investasi!

Penerapannya di Indonesia? Well, meskipun rencana pensiun di Indonesia berbeda dengan rencana pensiun di Amerika Serikat, toh poin-poinnya tetap bisa diterapkan di sini. Jangan main-main dengan investasi Anda, karena itu adalah uang Anda. Jadi pelajarilah dulu resiko-resikonya. Jika Anda ingin berbisnis, belajarlah dan berbisnislah. Apa yang akan Anda dapatkan sebanding dengan apa yang akan Anda usahakan :)

@Grey, February 20, 2011

Sunday, February 13, 2011

buSineSS (2)

Mari kita lanjutkan...

Ada orang yang membangun bisnis, sehingga bisnis itu bisa mendatangkan penghasilan baginya. Ini disebut Business Owner (B/pemilik bisnis). Contohnya adalah para pemilik bisnis.

Terakhir, adalah orang yang menanamkan uangnya dalam aset, kemudian ia menerima pembagian keuntungannya sebagai penghasilan. Disebut sebagai Investor (I/investor). Contohnya adalah para pemilik saham.

Kedua kuadran ini dikelompokkan ke dalam Kuadran Kanan.

Melihat hubungan antarkuadran adalah seperti ini: E bekerja untuk B dan mendapatkan penghasilan dari B, B membangun aset dengan bantuan I dan membagi keuntungannya dengan I, sedangkan S terkait dengan ketiganya sebagai sumber penghasilan. Pemetaan seperti ini membantu memahami perputaran uang di dunia, untuk berikutnya memahami dunia finansial.

Secara umum, perbedaan antara Kuadran Kiri dan Kuadran Kanan adalah bagaimana seseorang menerima penghasilannya. Cara pengetesannya cukup sederhana. Jika seseorang berhenti melakukan pekerjaannya selama satu tahun saja, apakah pekerjaannya itu tetap memberikan penghasilan baginya?

Di Kuadran Kiri, belum tentu (mungkin ada perusahaan yang memberikan gaji untuk cuti setahun). Di Kuadran Kanan, bisa. Orang-orang di Kuadran Kanan membangun aset atau menanamkan uangnya ke dalam suatu aset, sehingga aset itu memberikannya penghasilan. Dan kalau asetnya sehat, aset itu akan memberinya penghasilan meskipun ditinggalkan selama setahun.

Robert T. Kiyosaki menawarkan cara untuk berpindah dari Kuadran Kiri ke Kuadran Kanan.

Tidak pernah dan tidak akan pernah mudah untuk berpindah kuadran, begitu selalu diingatkan dalam bukunya. Karena perpindahan kuadran melibatkan juga perpindahan emosi finansial orang yang bersangkutan. Emosi finansial mempengaruhi kemampuan berpikir logis dan ketajaman analisa dalam masalah finansial. Orang-orang yang berada di Kuadran Kiri umumnya takut akan resiko finansial sehingga menghindari apapun yang mengandung resiko itu. Sedangkan orang-orang yang berada di Kuadran Kanan umumnya mengetahui ada resiko finansial, namun ia mempelajari resiko tersebut sehingga ia mampu membuat keputusan finansial.

Menurutnya, cara termudah dan teraman untuk berpindah adalah dengan menjadi seorang B. Mengapa? Karena menjadi seorang B bisa dimulai dari nol, sedangkan untuk menjadi seorang I diperlukan modal dan ia akan berhadapan dengan resiko yang mungkin belum dipahami oleh orang-orang Kuadran Kiri. Selanjutnya, saat seseorang telah berhasil menjadi seorang B, ia bebas untuk tetap di kuadran B atau berpindah ke kuadran I. Karena seorang B telah memiliki kemampuan yang diperlukan seorang I untuk berhasil, yaitu kemampuan menganalisis keadaan.

bersambung lagi...


@layla, February 12, 2011

Saturday, February 12, 2011

buSineSS (1)

Akhir-akhir ini saya sedang tertarik dengan bisnis. Habisnya, kerjaan baru longgar. Mau ngegame sudah bosan. Mau nonton film lama-lama pusing juga kalau digeber 8/7 (8 jam 7 hari seminggu, hehe...).

Seorang teman saya banyak bercerita bahwa dia ingin sukses berbisnis. Maklum, penghasilan pekerja kontrak bisa tak menentu, apalagi kalau suatu saat memasuki usia di atas setengah abad. Lambat-laun saya pun jadi tertarik belajar tentang bisnis.

Sebenarnya dari dulu saya ingin memutar uang saya. Tetapi, saya tidak mau terjun tanpa sedia parasut. Makanya sampai saat ini saya masih menahan diri pada investasi aman, seperti tabungan dan deposito. Sedikit saya investasikan pada bisnis kecil-kecilan, balik syukur, tidak balik ya resiko, namanya juga membantu. Dan ternyata memang saya kebagian "resiko"nya, belum kebagian "syukur"nya, hahaha...

Lalu saya pun beli buku The Cash Flow Quadrant, sekuelnya Rich Dad Poor Dad. Saya dulu mengira saya akan bosan dengan buku ini, tapi ternyata tidak juga, hehe... Manusia memang bisa berubah.

Secara umum, saya setuju dengan poin-poinnya. Bahwa kita perlu untuk belajar finansial. Apa salahnya belajar finansial?

Robert T. Kiyosaki membagi sumber pencaharian manusia dalam empat kuadran. Satu orang bisa hanya terfokus pada satu kuadran, atau bisa juga ahli dalam satu kuadran namun tetap berkecimpung di kuadran yang lain. Ini hanyalah masalah kenyamanan masing-masing orang dalam mencari penghasilan.

Ada orang yang lebih suka bekerja untuk orang lain, untuk kemudian dibayar secara rutin sesuai "waktu yang dia luangkan untuk pekerjaan tersebut". Ini disebut sebagai kuadran Employee (E/pekerja). Contohnya direktur, manajer, karyawan, pegawai negeri, bahkan sepertinya presiden juga bisa dimasukkan dalam kategori ini.

Ada orang yang lebih suka bekerja untuk orang lain, untuk kemudian dibayar sesuai "hasil pekerjaannya". Ini definisi saya sih. Kalau di buku itu didefinisikan sebagai orang yang bekerja untuk dirinya sendiri, disebut sebagai kuadran Self-Employed (S/pekerja lepas). Contohnya dokter yang buka praktek di rumah, konsultan freelance, pengacara (kalau tidak salah), atau orang yang membuka usaha di rumah.

Kuadran E dan kuadran S ini dikelompokkan dalam Kuadran Kiri.

bersambung...


@Grey, February 12, 2011

Monday, February 07, 2011

new faCe

Tampilan baru, biar tampak lebih fresh :) Apakah tujuan saya tercapai? :D


@Grey, February 7, 2011