Monday, February 25, 2008

lanGuaGe

Seorang teman mengirimkan email ke milis menanyakan maksud sebuah paragraf yang dikritik dalam kolom bahasa satu surat kabar Indonesia. Begini paragraf yang dimaksudkannya:

"Jika diskursivitas cenderung pada narsisisme pikiran, maka narasi empatis dalam kritik akan mencairkan kemampatan dan koersivitas opini, dengan cara terus mengayuhkan seluruh muatan nalar dalam tulisan ke wilayah ayunan leksikalnya, untuk menunjukkan kekenyalan dan keleluasaan imajinatif tulisan."

Saya pernah "bermain" (tidak sampai berkecimpung dan berkubang sepenuhnya) di dunia jurnalistik, total sekitar 5 tahun dihitung sejak saya masuk sie jurnalistik di SMA saya. Saya tahu orang-orang pers adalah orang terdepan menghadapi bahasa dan perkembangannya, tentu saja selain sastrawan dan kritikus sastra. Tetapi, bahkan sampai saat ini pun, saya paling menghindari keharusan menggunakan (dan membaca, dan mendengar) kata-kata yang saya sebut sebagai kata-katanya "bahasa dewa".

Saya masih menganggap bahasa adalah alat komunikasi. Bahasa lisan, bahasa tulis, bahasa tubuh. Saat komunikator tak mampu menyampaikan maksudnya kepada komunikan, saat itu juga bahasa gagal memenuhi fungsinya.

Bahasa menunjukkan bangsa. Namun, alangkah baiknya jika bangsa tidak merasa asing dengan bahasanya sendiri.


@Avalanche, 2:13 PM 11/8/2006 minus satu jam

7 comments:

  1. AANJRRRIIT itu paragraf 2 maksudnya apaaa??!

    Nggak pernah denger ungkapan ini kali ya:

    "Jika pembaca tidak paham maksud penulis, maka kesalahan ada pada penulis sepenuhnya."

    ReplyDelete
  2. wkwk... kalo elu aja kaga ngarti kram, apalagi gw...

    ReplyDelete
  3. duh.. siapa yang bikin kalimat begitu? mesti buka kamus dulu :(

    ReplyDelete
  4. tuh kan.. seperti yang aku bilang.. cuma biar dibilang jagoan.. pake bahasa nggak sekolah, blum tentu bener pulak.. dasar..

    ReplyDelete
  5. masa gini aja ga ngerti may!?? memalukan!

    *apalagi gw :p

    ReplyDelete
  6. Loh? Elo kan jauh lebih pintar daripada gua, May.

    Gmn Korea? Ajak2 gua keluar negeri dong :)

    ReplyDelete
  7. Inget sesuatu yang menguatkan tulisan maya. Ga sama persis tapi intinya :

    "Hal serumit apapun bisa diajarkan kepada anak asal dengan bahasa sesuai tingkat pengertiannya"

    Dan saya setuju. Ini sesuai dengan apa yang saya temukan sepanjang perjalanan hidup.

    - Kutipan diatas dari laporan penelitian (lupa milik siapa), yang tergeletak, lalu iseng dibaca waktu nunggu fotokopian di daerah nanggulan kulonprogo. Entah sang penulis mengutip atau opini pribadi-

    ReplyDelete