Saturday, April 28, 2007

ZiaraH

Ziarah karya Iwan Simatupang, thanks to Zaki.... Akhirnya selesai juga aku membacanya....

A recommended novel. Iwan Simatupang cukup lugas menyampaikan apa yang ingin dikatakannya. Sebuah satire yang manis. Penceritaan yang cerdas tanpa menggurui. Tidak, tidak. Sang mantan pelukis yang juga telah menjadi mantan pengapur itu benci dengan istilah-istilah yang rumit. Ia benci dengan filsafat. Maka, tertawakanlah diri-diri yang sok filosofis. Hidup dan kehidupan itu indah, terlalu indah untuk dilihat dari kaca mata kuda.

Lalu, semua orang adalah sama, mempunyai hak yang sama. Semua mayat juga sama, mempunyai hak yang sama. Lucu, jika manusia hidup dikotak-kotakkan, setelah mati pun masih dikotak-kotakkan. Lucu, jika peraturan bukannya membuat hidup manusia lebih mudah.

Satu hal terakhir, jika ada satu orang gila di antara orang-orang waras, siapakah yang gila sebenarnya? Dan, jika ada satu orang normal di antara orang-orang gila, siapakah yang gila sebenarnya? He... pertanyaan menarik. Aku jadi teringat satu lirik tembang (lagu) Jawa yang isinya kurang lebih begini (maaf, aku sungguh-sungguh lupa, mohon ralat dari teman-teman sekalian):

Iki jamane jaman edan
Nek ra melu edan ra komanan
Nanging sakbegjane wong edan
Luwih begja sing isih eling Sang Pangeran

(Ini jamannya jaman gila
Kalau tidak ikut gila tidak kebagian
Tapi seberuntungnya orang gila
Lebih beruntung yang masih ingat Tuhan)

Aku juga ingat pertanyaan dari Koko, salah satu angkatan bangkot Boul saat kaderisasi: mana yang lebih penting, kenyataan, atau kesadaran? Aku, sebagai orang yang pragmatis, saat itu menjawab: tergantung. Kenyataan, dilihat dari mana? Kesadaran, untuk melihat apa? Seperti kutu di bulu-bulu kelinci (he, ingat Dunia Sophie...) yang tidak bisa melihat lebih jauh dari apa yang bisa dilihatnya, manusia yang sadar pun tak dapat mengetahui kenyataan bahwa bumi ini bulat dan berputar tanpa kesadaran bahwa ada kemungkinan seperti itu. Namun, manusia yang sadar yang berada di luar bumi tentunya mengetahui kenyataan itu.

Yah... nantinya pertanyaan bisa berkembang dalam diri kita masing-masing: jika kita berada dalam sistem, mampukah kita memperbaiki sistem, atau kita justru ikut terhanyut dalam sistem? Satu hal yang jelas, tak mungkin memperbaiki sistem dari luar saja. Tidak akan ada cukup keyakinan bahwa sistem telah benar-benar diperbaiki jika perbaikan hanya dilakukan dari luar.

Oh oh, ada hal lain yang harus kulakukan benar-benar. Sekian dulu untuk saat ini.

Bandung, 6:50 PM 1/15/2006
@ Faiz's brain

1 comment: